Profil Desa Tanjunganom

Ketahui informasi secara rinci Desa Tanjunganom mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tanjunganom

Tentang Kami

Profil Desa Tanjunganom, Kecamatan Rakit, Banjarnegara, pusat Minapolitan dan sentra perikanan air tawar terkemuka. Jelajahi potensi ekonomi, demografi terbaru 2025, sejarah desa, dan tata kelola pemerintahan berbasis data akurat dan reportase jurnalistik

  • Pusat Ekonomi Perikanan

    Desa Tanjunganom merupakan jantung program Minapolitan di Banjarnegara, dengan hampir seluruh warganya terlibat dalam budidaya ikan air tawar, mulai dari pembenihan hingga produk olahan seperti abon ikan.

  • Tata Kelola Transparan

    Pemerintahan desa menunjukkan komitmen pada akuntabilitas dengan mempublikasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) secara rinci, memberikan akses informasi keuangan kepada publik.

  • Kependudukan yang Dinamis

    Berdasarkan data terbaru per Juni 2025, desa ini dihuni oleh 3.613 jiwa yang tersebar di empat dusun utama, menunjukkan komunitas yang hidup dan terus berkembang.

Pasang Disini

Terletak di wilayah barat Kabupaten Banjarnegara, Desa Tanjunganom di Kecamatan Rakit telah memantapkan dirinya sebagai salah satu pilar utama dalam industri perikanan air tawar. Jauh dari citra desa agraris pada umumnya, Tanjunganom menjelma menjadi sebuah sentra ekonomi berbasis perikanan yang dinamis melalui konsep Minapolitan, di mana kolam-kolam ikan menjadi pemandangan lazim di hampir setiap pekarangan rumah. Dengan tata kelola pemerintahan yang transparan dan partisipasi aktif masyarakat, desa ini menunjukkan potensi besar sebagai model pengembangan ekonomi perdesaan yang mandiri dan berkelanjutan.

Identitas desa sebagai "Kampung Seribu Kolam" bukan sekadar julukan, melainkan cerminan nyata dari aktivitas ekonomi yang menjadi tulang punggung kehidupan warganya. Didukung oleh sejarah panjang dan kondisi geografis yang memadai, Desa Tanjunganom terus bergerak maju, mengoptimalkan sumber daya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus memberikan kontribusi signifikan bagi ketahanan pangan di tingkat regional.

Kondisi Geografis dan Administratif

Desa Tanjunganom merupakan satu dari sebelas desa yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Rakit sendiri memiliki total luas wilayah mencapai 3.244,62 hektare atau sekitar 3,03% dari total luas Kabupaten Banjarnegara, dengan kepadatan penduduk rata-rata 1.536 jiwa per kilometer persegi, memberikan gambaran mengenai lingkungan pemukiman yang cukup padat dan produktif.

Secara geografis, Desa Tanjunganom memiliki batas-batas wilayah yang jelas dengan desa-desa tetangganya. Di sebelah utara, desa ini berbatasan langsung dengan Desa Badamita dan Desa Lengkong. Sebelah timur dibatasi oleh Desa Luwung, yang juga dikenal sebagai salah satu sentra perikanan. Sementara itu, di sebelah barat, Desa Tanjunganom bersebelahan dengan Desa Kincang. Lokasinya yang strategis dan berdekatan dengan desa-desa lain yang memiliki potensi serupa memperkuat posisi kawasan ini sebagai klaster industri perikanan yang terintegrasi di Kecamatan Rakit.

Letak desa ini juga tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan. Jarak ke ibu kota Kecamatan Rakit dapat ditempuh dalam waktu singkat, sementara jarak ke ibu kota Kabupaten Banjarnegara ialah sekitar 24 kilometer. Aksesibilitas ini menjadi faktor penting yang mendukung kelancaran distribusi hasil perikanan serta mobilitas penduduk untuk mengakses layanan publik yang lebih lengkap di pusat kabupaten.

Demografi dan Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan terbaru yang dirilis oleh pemerintah desa per Juni 2025, Desa Tanjunganom memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.613 jiwa. Komposisi penduduknya relatif seimbang, terdiri dari 1.846 jiwa laki-laki dan 1.767 jiwa perempuan. Seluruh penduduk tersebut tergabung dalam 1.229 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di seluruh wilayah desa.

Struktur administrasi internal desa terbagi ke dalam empat dusun utama yang menjadi pusat pemukiman warga. Keempat dusun tersebut yakni Dusun Sengon Lor, Dusun Sengon Kidul, Dusun Tanjunganom dan Dusun Jengkol. Dusun Sengon Lor tercatat sebagai wilayah dengan populasi terbesar, menampung 1.093 jiwa. Disusul oleh Dusun Sengon Kidul dengan 1.036 jiwa, Dusun Jengkol dengan 838 jiwa, dan Dusun Tanjunganom dengan 646 jiwa. Pembagian wilayah ini tidak hanya berfungsi secara administratif, tetapi juga mencerminkan kelompok-kelompok komunitas yang hidup berdampingan di dalam desa. Data yang terperinci hingga ke tingkat Rukun Tetangga (RT) menunjukkan sistem pendataan kependudukan yang rapi dan mutakhir, menjadi dasar bagi pemerintah desa dalam merancang program pembangunan dan alokasi bantuan yang tepat sasaran.

"Kampung Seribu Kolam": Jantung Perekonomian Berbasis Perikanan

Perekonomian Desa Tanjunganom berdenyut seirama dengan geliat industri perikanan air tawar. Konsep Minapolitan, sebuah sistem pengembangan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan, telah mendarah daging dan menjadi penggerak utama roda ekonomi lokal. Hampir setiap rumah tangga di desa ini terlibat dalam ekosistem perikanan, mulai dari tahap pembenihan, pembesaran ikan konsumsi, hingga pengolahan produk turunan.

Suwahyo, yang menjabat sebagai Kepala Desa Tanjunganom sekaligus Ketua Forum Kepala Desa dan Perangkat Desa (FKPD) Kecamatan Rakit, membenarkan status ini. Dalam sebuah kesempatan, ia menyatakan bahwa Desa Tanjunganom bersama desa tetangganya, Luwung, telah sejak lama menjadi pusat utama industri perikanan di Banjarnegara. "Desa Luwung dan Tanjung Anom telah menjadi pusat utama untuk pembenihan dan pengolahan ikan konsumsi di Banjarnegara. Konsep Minapolitan diperkenalkan sebagai langkah untuk mendorong pengembangan sektor ini lebih lanjut," ujarnya.

Aktivitas budidaya ikan tidak hanya terbatas pada skala besar, tetapi juga menjadi usaha skala rumah tangga. Hal ini mendorong munculnya berbagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang kreatif. Salah satu produk unggulan yang berhasil dikembangkan ialah abon ikan. Produk ini dikelola secara profesional oleh Kelompok Wanita Tani (KWT), yang memberikan nilai tambah pada hasil panen ikan sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi kaum perempuan di desa. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa sektor perikanan tidak hanya berhenti pada penjualan ikan segar, tetapi telah berkembang ke arah hilirisasi produk.

Sejarah dan Asal-Usul Desa

Jejak sejarah Desa Tanjunganom dapat ditelusuri hingga ke era legenda dan masa kolonialisme Belanda. Menurut penuturan yang diwariskan secara turun-temurun, nama "Tanjunganom" memiliki kaitan erat dengan kisah pewayangan. Konon, wilayah ini dahulu merupakan tempat persinggahan atau pertapaan bagi Senopati Angkawijaya, yang juga dikenal sebagai Abimanyu, salah satu tokoh sentral dalam wiracarita Mahabharata. Nama "Tanjunganom" diyakini berasal dari peristiwa tersebut dan kemudian diabadikan menjadi nama desa.

Bukti lain dari narasi sejarah ini ialah keberadaan sebuah situs yang oleh warga setempat disebut sebagai "Batu Petapa Angkawijaya". Batu ini dipercaya sebagai tempat duduk sang senopati saat bertapa dan kini menjadi salah satu penanda warisan budaya dan sejarah di desa tersebut.

Dari sisi pemerintahan, Desa Tanjunganom telah memiliki struktur kepemimpinan formal sejak zaman penjajahan Hindia Belanda. Catatan desa menunjukkan bahwa pada periode tersebut, wilayah ini berfungsi sebagai daerah perlindungan bagi para demang dan tumenggung. Nama-nama pemimpin desa dari masa lalu, seperti Ki Lurah Uda Singa yang memerintah dari tahun 1862 hingga 1888, tercatat dengan baik dalam arsip desa. Rangkaian kepemimpinan terus berlanjut dari generasi ke generasi, menunjukkan adanya sistem pemerintahan yang telah mapan sejak lama.

Infrastruktur dan Pelayanan Publik

Pemerintah Desa Tanjunganom menunjukkan komitmen kuat dalam pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas layanan publik. Di sektor pendidikan, fasilitas belajar-mengajar yang memadai tersedia untuk warga. Salah satu lembaga pendidikan formal utama di desa ini ialah SD Negeri 3 Tanjunganom, yang telah berdiri sejak tahun 1980 dan berstatus sebagai sekolah negeri di bawah naungan pemerintah daerah. Keberadaan sekolah ini memastikan generasi muda Tanjunganom mendapatkan akses pendidikan dasar yang layak.

Di bidang kesehatan, layanan promotif dan preventif dijangkau melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Salah satunya ialah Posyandu ILP Anggrek 2 yang aktif memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan anak. Untuk penanganan medis yang lebih komprehensif, warga dapat mengakses Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Rakit 1, yang melayani seluruh desa di wilayah kecamatan.

Aspek tata kelola pemerintahan menjadi salah satu keunggulan Desa Tanjunganom. Pemerintah desa secara rutin mempublikasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) kepada masyarakat luas melalui situs resmi desa. Sebagai contoh, untuk tahun anggaran 2025, desa merencanakan total pendapatan sebesar Rp2.021.830.000 dan total belanja sebesar Rp2.066.030.000. Alokasi belanja terbesar difokuskan pada bidang pelaksanaan pembangunan desa, termasuk ketahanan pangan dan infrastruktur, serta penyelenggaraan pemerintahan desa. Transparansi anggaran ini tidak hanya memenuhi kewajiban regulasi, tetapi juga membangun kepercayaan publik dan mendorong partisipasi warga dalam mengawasi jalannya pemerintahan.

Potensi dan Arah Pembangunan

Potensi utama Desa Tanjunganom tidak diragukan lagi terletak pada sektor perikanan air tawar. Pengalaman puluhan tahun, didukung oleh partisipasi komunitas yang masif, menjadikan desa ini sebagai pemain kunci dalam rantai pasok perikanan di Kabupaten Banjarnegara. Namun seiring dengan keberhasilan tersebut, muncul pula tantangan, terutama terkait kompetisi pasar yang semakin ketat. Melimpahnya pasokan dari berbagai daerah menuntut para petani ikan di Tanjunganom untuk terus berinovasi, baik dalam teknik budidaya maupun strategi pemasaran.

Menghadapi tantangan ini, pemerintah desa dan masyarakat tidak tinggal diam. Arah pembangunan ke depan difokuskan pada penguatan hilirisasi produk untuk meningkatkan nilai jual. Pengembangan produk olahan seperti abon ikan merupakan langkah strategis yang perlu terus didukung dan diperluas skalanya. Selain itu, diversifikasi produk olahan lain berbasis ikan dapat menjadi alternatif untuk menyerap hasil panen yang melimpah.

Rencana anggaran desa juga mencerminkan prioritas ini. Alokasi dana yang signifikan untuk bidang pemberdayaan masyarakat sebesar Rp257.632.500 pada tahun 2025 diharapkan dapat membiayai pelatihan, pendampingan, dan fasilitasi bagi para pelaku UMKM. Dengan demikian, Desa Tanjunganom tidak hanya bercita-cita menjadi produsen ikan segar, tetapi juga sebagai pusat industri olahan perikanan yang berdaya saing, mandiri, dan mampu memberikan kesejahteraan berkelanjutan bagi warganya.